Bukalapak

Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama Islam. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Agustus 2013

Surah tentang Kitab Al-Quran

Ayat Al-Qur’an:
Surah Al-Baqarah,2: 148 dan Surah Fatir, 35: 32

A. Surat Al Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti kata kata :
وَلِكُلٍّ :Dan bagi tiap tiap umat بِكُمُ اللّهُ :Dengan/padamu Allah
وِجْهَةٌ :Kiblat جَمِيعاً :Sekalian /semua
هُوَ :Ia إِنَّ اللّهَ :Sesungguhnya Allah
مُوَلِّيهَا :Menghadap kepadanya عَلَى كُلِّ :Atas segala
فَاسْتَبِقُوا :Maka berlomba lombalah kamu شَيْءٍ :Sesuatu
الْخَيْرَاتِ :Kebaikan قَدِيرٌ :Mahakuasa
أَيْنَ مَا  :Dimana saja
تَكُونُوا :Kamu berada
يَأْتِ :Mengumpulkan
Identifikasi Tajwid:
1. Idgam bigunnah, yaitu huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
2. Izhar halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
3. Mad Tabi`i, yaitu sebelum huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam bacaan مُوَلِّيهَا
4. Ikfa, yaitu huruf bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
5. Mad arid lisukun, yaitu mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada bacaan قَدِيرٌ
ISI KANDUNGAN
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk ibadah pada zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya dalam beribadah menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan yang baik.

Surat Al Fathir : 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti kata kata
ثُمَّ :Kemudian مُّقْتَصِدٌ :Ada yang pertengahan
أَوْرَثْنَا :Kami wariskan سَابِقٌ :Yang lebih dulu
الْكِتَابَ :Kitab itu بِالْخَيْرَاتِ :Berbuat kebaikan
الَّذِينَ :Yang بِإِذْنِ اللَّهِ: Dengan izin Allah
اصْطَفَيْنَا :Kami pilih ذَلِكَ هُوَ :Yang demikian itu adalah
مِنْ عِبَادِنَا Diantara hamba hamba kami الْفَضْلُ :Karunia
فَمِنْهُمْ :Lalu diantara mereka الْكَبِيرُ :Yang amat besar
ظَالِمٌ :Menganiaya
لِّنَفْسِهِ Diri mereka sendiri
وَمِنْهُم Dan diantara mereka
Identifikasi Tajwid :
1. Mim musyadah atau mim bertasydid pada bacaan ثُمَّ
2. Izhar yaitu huruf nun bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan مِنْ عِبَادِنَا
3. idgam bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ
4. idgam mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ
5. izhar syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
6. iqlab yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
Isi Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
1. Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3. Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.
Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1. Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan.
2. Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran.
3. Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.

Kandungan QS. Al-Baqarah Ayat 148

Allah Swt tidak pernah memerintahkan manusia untuk saling bermusuhan, saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap milik sesama muslim maupun milik non muslim. Allah Swt memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu dengan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama makhluk, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan. Menolong atau meringankan penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk kebajikan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya. Pada surat Al-Baqarah ayat 148 Allah berfirman:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَاتَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148).
Isi kandungan dari surat ini adalah bahwa setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke Ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat. Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala mala perbuatannya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkan-Nya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya
Allah Swt akan menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan taat, maupun yang melanggar serta meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan pahala berupa Syurga, sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di neraka yang apinya senantiasa menyala-nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah Swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kehidupan yang sebentar di dunia ini hendaklah benar-benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk diisi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik-baiknya.
Allah Swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak terdapat dalam firman Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu sendiri, seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 25,58,83,195, Al-Maidah: 13, Al-An`am: 84, Al-A`raf: 56, Yunus: 26, dan Surat Yunus: 7
Memahami ayat ini dengan saksama kita harus mengingat kembali bahwa sejak memasuki Juz 2 (ayat 142) pembahasan masih seputar pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis di Yerussalem ke Baitullah di Mekkah. Pemahaman itu hendaknya menjadi permulaan untuk mengetahui apakah di belakang kata كُلٍّ (kulli, every, tiap-tiap) sebaiknya dipasangi kata “umat” atau kata “orang”. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, disertakan kata “umat”, sementara penerjemah Bahasa Inggeris-nya menyertakan kata “one” (orang). Kalau dicermati sejak awal, yang keberatan terhadap pemindahan kiblat ialah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Keberatan mereka itu bukan atas nama orang per orang, tapi mewakili emosi kelompoknya sebagai satu umat. Nabi tidak mewakili pribadinya, tapi mewakili umatnya, sehingga kelihatannya yang paling tepat menyertai kata كُلٍّ (kulli, every, tiap-tiap) ialah kata “umat”. Kesimpulan ini diperkuat oleh rentetan pembahasan kata “umat” yang selalu terkait dengan Nabi Ibrahim beserta nabi-nabi sesudahnya (yang merupakan keturunannya) lihat kembali ayat: 128, 134, 141, dan 143. Hal ini senafas dengan ayat berikut ini:
 Dan Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan Kitab Suci (yang diturunkan) sebelumnya, dan batu ujian terhadap (isi Kitab Suci) tersebut; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.Hanya kepada Allah-lah kalian semuanya akan kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kalian perselisihkan.” (5:48)
Analisis berikutnya ialah penentuan rujukan dlamir (kata ganti) هُوَ (ɦuwa, dia) yang ada di frase هُوَ مُوَلِّيهَا (ɦuwa muwallĭɦā). Kalau هُوَ (ɦuwa, dia)-nya kembali ke kata “umat”, berarti maknanya, tiap-tiap umat mengorientasikan wajah jiwa seluruh pengikutnya ke kiblat umat tersebut. Tapi kalau kita kembalikan ke kata “Allah”, berarti Allah akan mengarahkan wajah jiwa setiap orang ke kiblat umatannya masing-masing, karena setiap umat secara sadar dan sukarela kiblat umat tempatnya bergabung. Tapi tidak berarti bahwa setiap orang Islam, sudah pasti kiblat jiwanya kepada Allah, Nabi, dan Ka’bah. Cara pandangnya dibalik kalau ada orang yang mengaku Islam tapi wajah jiwanya tidak menghadap kepada Allah, Nabi, dan Ka’bah, berarti yang bersangkutan pada hakikatnya bukan bagian dari umat Islam.
"...Mereka pada hari itu (yakni saat kalah di Perang Uhud) lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (3:167)
Pendapat bahwa kata هُوَ (ɦuwa, dia) di sini kembali kepada Allah ialah al-Baghawĭ. Pendapat ini mempertegas bahwa manusia hanya punya kehendak-untuk-memilih, namun semua gerak dan perbuatan-setelah manusia memilihnya-Allah jualah di belakangnya.
Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pebuatan mereka.Kemudian kepada Tuhanlah mereka semua akan kembali, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (6:108)
Penggalan ayat ini: فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً [fastabiqul khayrāt ayna mā takŭnŭ ya’ti bikumullahu jamĭ’an, Maka berlomba-lombalah kalian (berbuat) yang terbaik. Di mana saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkanmu semua (pada hari kiamat)], niscaya akan merasakan makna yang hampir sama. Bedanya, di 6:108 nadanya negatif larangan mencaci-maki tuhan-tuhan yang umat lain sembah, walaupun tuhan mereka itu hanyalah batu atau pohon. Sementara di ayat ini (2:148) nuansanya positif (daripada saling memaki maka lebih baik) ber-fastabiqul khairāt (berlomba-lomba melakukan yang terbaik). Semuanya kelak akan kembali kepada Tuhan yang sama seraya mempertanggungjawabkan pilihan dan amal-perbuatannya masing-masing. Inilah semangat beragama yang positif.Inilah semangat kemanusiaan sejati. Inilah Islam. Dengan cara seperti ini, kebenaran ditegaskan sifat singgularnya, tapi agama diakui sifat pluralnya. Setelah mengakui kebenaran agama yang kita anut, tidak perlu melahirkan perbenturan, apalagi peperangan atas nama agama.
Dan (ciri lain mereka yang beriman kepada al-Qur’an ialah) apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, salam sejahtera atas kalian, kami tidak bermaksud mencari (masalah) dengan orang-orang jahil’. Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kalian kasihi, tetapi Allah (jualah yang) memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (28:55-56).
Islam mengajarkan sikap tegas dalam memegang kebenaran namun fleksibel dalam menyikapi perbedaan karena berangkat dari keyakinan bahwa seandainya Allah mau maka seluruh manusia akan dijadikannya seragam dalam berfikir, seragam dalam memilih, dan seragam dalam perbuatan. إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (innallāɦa ‘ala kulli syay’in qadĭr,Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu)-lihat 5:48 dan 42:8. Tetapi Allah tidak melakukan itu.Allah membiarkan setiap hamba-Nya berfikir dan memilih kemudian berbuat menurut pilihannya masing-masing. Dan kelak di akhirat - berdasarkan otoritas kekuasaan mutlak yang Dia miliki akan mengumpulkan semuanya lalu mengadili mereka berdasarkan pilihan-pilihan mereka tersebut. Itu sebabnya Allah tidak saja melarang hamba-Nya mengikuti sesuatu yang dia tidak punya pengetahuan tentangnya, tapi juga melarang berbuat sombong atas kebenaran yang dianutnya.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu adalah perbuatan buruk yang amat dibenci di sisi Tuhanmu.” (17:36-38)
Abu Sa'id Al Khudri melaporkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah sesuatu yang akan dikeluarkan oleh Allah untuk kalian berupa keindahan dunia." Para sahabat bertanya: "Lantas apakah yang dimaksud dengan perhiasan dunia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yaitu keberkahan dan kemakmuran bumi." Mereka bertanya lagi: "Wahai Rasulullah, apakah kebaikan dapat mendatangkan keburukan?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya kebaikan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikandan kebaikan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan, kebaikan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan.... Sesungguhnya harta benda dunia itu kelihatannya hijau dan manis. Barangsiapa yang memperoleh harta dengan jalan halal dan membelanjakannya pada jalan yang benar, maka itulah sebaik-baik pertolongan.Namun barangsiapa yang memperolehnya dengan jalan yang tidak halal, maka ia seperti halnya orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang." (HR. Muslim no.1743 dan Musnad Ahmad no. 10611).

Jumat, 09 Agustus 2013

Kehebatan Surah Ayat Kursi.

ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.
 
Khasiat Ayat Al-Kursi :
  • Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan khusyuk setiap kali selepas sholat fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali keluar masuk rumah atau hendak musafir, insyaAllah akan terpeliharalah dirinya dari godaan syaitan, kejahatan manusia, binatang buas yang akan memudaratkan dirinya bahkan keluarga, anak-anak, harta bendanya juga akan terpelihara dengan izin Allah s.w.t.
  • Mengikut keterangan dari kitab "Asraarul Mufidah" sesiapa mengamalkan membacanya setiap hari sebanyak 18 kali maka akan dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah, dimurahkan rezekinya, dinaikkan darjatnya dan diberikannya pengaruh sehingga semua orang akan menghormatinya serta terpelihara ia dari segala bencana dengan izin Allah.
  • Syeikh Abu Abbas ada menerangkan, siapa yang membacanya sebanyak 50 kali lalu ditiupkannya pada air hujan kemudian diminumnya, Insya-Allah, Allah akan mencerdaskan akal fikirannya serta memudahkannya menerima ilmu pengetahuan.
  • Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah hilangkan segala kefakiran di depan matanya.
  • Sabda baginda lagi; "Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi jumaat, kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar."
  • Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad.
  • Mereka yang beramal dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan.
  • Pengamal ayat Kursi juga, dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri. Ayat Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki rumah.
  • Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan ketika dalam perjalanannya.
  • Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk, insya-Allah akan menyebabkan syaitan dan jin terbakar.
  • Jika anda berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu sebaiknya anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sholat yang lain.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sholat, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitarnya.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi diakhir tiap-tiap sholat Fardhu, Allah menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukur perbuatan2 orang yang benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
  • Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah azza wajalla akan mengendalikan pengambilan rohnya dan ia adalah seperti orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid.
  • Barang siapa yang membaca ayat al-Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah berkenan memberi pertolongan kepadanya Dari Abdullah bin 'Amr r.a. 
Semoga Kalian selalu Bertakwa kepada Allah SWT !!!

Rabu, 07 Agustus 2013

Menunda-nunda Shalat itu termasuk Shalatnya Orang Munafik.

   Hal ini merupakan pelanggaran, berdasarkan firman Allah.
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang beriman"(An-Nisa : 103)
Al-Mawqut menunjukkan waktu yang telah ditetapkan dengan khusus, sehingga penundaan shalat diluar waktu yang telah diwajibkan adalah sebuah kesalahan besar. Hanya kepada Allah lah kita bergantung. sebagaimana dikatakan Anas,
Aku mendengar Nabi bersabda:
"Ini adalah Shalatnya orang Munafik. ketika ia duduk mengamati matahari sampai ia berada diantara kedua tanduk syaitan, kemudian ia berdiri untuk mengerjakan shalat 4 rakaat, ia hanya mengingat Allah sedikit saja." (HR. Muslim : 103)

Selasa, 06 Agustus 2013

Istighfar menolak bencana

     Istighfar merupakan sarana ampuh untuk menolak bala, musibah, juga bencana. Istighfar juga bisa menarik datangnya rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman, "Dan Allah sekali-kali tidak akan adzab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan adzab mereka, sedang mereka meminta apapun." (Q.S. Al-Anfal [8]:33). Dari penjelasan ayat ini, begitu jelas rasanya bahwa istighfar bisa menjadi " Ajian Sakti " bagi setiap orang untuk menolak datangnya peristiwa yang tidak diinginkan. Dengan demikian, sebenarnya hal ini menjadi kabar gembira bahwa pada dasarnya seorang mukmin tak perlu bergantung kepada orang lain yang diangap memiliki kesaktian dan kedigdayaan untuk melenyapkan bala', bencana, dan musibah yang diramalkan akan datang.
    Bagi seorang mukmin, cukup beristighfar sebanyak-banyaknya, niscaya Allah SWT akan menjamin keamanan dan keselamatan mereka. kita harus ingat bahwa datang dan perginya suatu bencana semua karena izin Allah. dan, Allah adalah sebaik-baik tempat bergantung dan meminta perlindungan. terkait dengan keampuhan dan keutamaan istighfar sebagai menolak bala' , Rasulullah SAW. bersabda " Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelamat bagi umat dari adzab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari Kiamat, yaitu Istighfar." (H. R. Imam Tirmidzi)